Keteguhan iman tidak datang tanpa ujian. Begitu pula yang dialami oleh kaum Muslimin pada masa awal penyebaran Islam di Mekah. Saat tekanan, penganiayaan, dan siksaan terhadap umat Islam mencapai puncaknya, Nabi Muhammad SAW memberikan perintah bersejarah: hijrah ke Habasyah. Kisah ini bukan sekadar cerita, tetapi teladan tentang pengorbanan, perjuangan, dan keyakinan kepada Allah SWT.
Latar Belakang Hijrah ke Habasyah
Pada tahun kelima kenabian, kaum Quraisy semakin keras memusuhi kaum Muslimin. Para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari golongan lemah, seperti budak dan orang miskin, menjadi sasaran utama penyiksaan. Mereka dipukul, dirantai, bahkan dipaksa meninggalkan agama Islam.
Melihat penderitaan ini, Rasulullah SAW mengarahkan para sahabat untuk berhijrah ke negeri Habasyah (sekarang Ethiopia). Habasyah dipilih karena rajanya, Raja Najasyi (Negus), dikenal sebagai pemimpin yang adil dan melindungi orang yang terzalimi. Rasulullah SAW berkata:
“Sesungguhnya di sana terdapat seorang raja yang tidak akan menzalimi siapa pun di negerinya. Pergilah ke negerinya hingga Allah memberikan jalan keluar bagi kalian.”
Perjalanan Hijrah ke Habasyah
Gelombang pertama hijrah ke Habasyah dilakukan oleh 15 orang Muslim, terdiri atas 11 laki-laki dan 4 perempuan, termasuk Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah binti Muhammad SAW. Mereka menyeberangi Laut Merah dan tiba di Habasyah dengan harapan mendapatkan perlindungan.
Gelombang kedua terjadi setelah tekanan kaum Quraisy semakin meningkat. Kali ini, jumlah kaum Muslimin yang berhijrah lebih banyak, mencapai sekitar 100 orang, termasuk para tokoh penting seperti Ja’far bin Abi Thalib.
Sikap Adil Raja Najasyi
Saat mengetahui keberadaan kaum Muslimin di Habasyah, kaum Quraisy mengirim utusan untuk meminta mereka dikembalikan ke Mekah. Para utusan Quraisy membawa hadiah untuk melobi Raja Najasyi dan para pejabat istananya.
Namun, Raja Najasyi tidak langsung menerima permintaan itu. Ia memanggil Ja’far bin Abi Thalib untuk menjelaskan mengapa kaum Muslimin meninggalkan Mekah. Dengan penuh keyakinan, Ja’far menjelaskan tentang ajaran Islam dan bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kebenaran, meninggalkan kebodohan, dan melawan ketidakadilan. Ia juga membacakan ayat-ayat dari Surah Maryam tentang kisah Nabi Isa AS dan Maryam, yang membuat Raja Najasyi menangis terharu.
Raja Najasyi berkata, “Apa yang engkau bacakan dan apa yang dibawa oleh Isa berasal dari satu sumber yang sama.” Dengan tegas, Raja Najasyi menolak permintaan Quraisy dan memberikan perlindungan kepada kaum Muslimin.