
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu adalah khalifah ketiga dalam sejarah Islam, seorang sahabat Nabi ﷺ yang dikenal dengan kelembutan hati, kemurahan, dan keteguhannya dalam memimpin umat. Namun, masa pemerintahannya di akhir-akhir penuh ujian, hingga beliau wafat secara tragis dalam peristiwa fitnah besar yang mengguncang umat Islam.
Di Yayasan Cahaya Alam, kisah ini kami hadirkan sebagai bahan pembelajaran penting bagi anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa, agar mereka tidak hanya mengenal sejarah, tetapi juga memahami nilai-nilai keadilan, kesabaran, dan tanggung jawab di tengah ujian hidup.
Hijrah Sebagai Perubahan Positif
Seorang sahabat Nabi yang masuk Islam di awal dakwah.
Menjadi menantu Rasulullah ﷺ, menikahi dua putri beliau: Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Dermawan besar yang membiayai perluasan Masjid Nabawi dan pembelian sumur Raumah.
Khalifah yang memimpin selama 12 tahun, sebagian besar masa pemerintahannya penuh dengan kemajuan dan ketenangan.
Namun pada tahun-tahun terakhirnya, muncul kelompok-kelompok yang menyebarkan fitnah, memprovokasi rakyat, dan menuntut pengunduran dirinya. Utsman tetap bersabar dan tidak ingin pertumpahan darah terjadi, meski nyawanya sendiri menjadi taruhannya.
Proses Hijrah dalam Kehidupan Sehari-hari
Utsman wafat dalam keadaan syahid, dibunuh oleh pemberontak saat sedang membaca Al-Qur’an di rumahnya. Darahnya menetes di mushaf, sebuah simbol bahwa beliau wafat dalam keadaan memegang teguh agamanya hingga akhir hayat.
Peristiwa ini menjadi awal dari masa fitnah—masa perpecahan dan konflik di kalangan kaum Muslimin yang meninggalkan pelajaran berharga bagi umat Islam sepanjang sejarah.
Membangun Masa Depan yang Lebih Baik
Menjaga Kejujuran dan Kesabaran di Tengah Fitnah
Utsman tidak membalas kezaliman dengan kekerasan. Ia memilih menjaga perdamaian meski harus mengorbankan dirinya.Fitnah Bisa Menghancurkan Umat Jika Tidak Dijaga
Kebohongan, adu domba, dan kebencian yang tersebar luas adalah racun dalam masyarakat. Ini menjadi pelajaran penting untuk anak-anak agar selalu tabayyun (klarifikasi) dan menjaga lisan serta sikap.Berpegang Teguh pada Al-Qur’an
Utsman wafat dalam keadaan membaca mushaf, mengingatkan kita untuk selalu kembali pada Al-Qur’an dalam setiap keadaan—baik senang maupun susah.Tidak Mudah Terprovokasi
Anak-anak dan remaja perlu belajar berpikir jernih dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum jelas. Di era media sosial saat ini, pelajaran ini semakin relevan.
Semoga kita semua, termasuk anak-anak di Yayasan Cahaya Alam, mampu meneladani keteguhan dan kesabaran Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
Mari bangun generasi yang kuat secara iman, sabar dalam ujian, dan bijak dalam menghadapi fitnah zaman.